Terkadang kita bertanya dalam sanubari hati, mengapa Allah yang selalu kita sembah tidak pernah menampakkan diri-Nya untuk kita, agar kita bisa mengenalnya dan juga agar dapat menambah keyakinan iman kita ?. Pertanyaan semacam ini bukan hanya terjadi atas setiap muslim bahkan kaum kafirin juga demikian. Bahkan mereka lebih bingung bagaimanakah umat islam mempercayai Allah dan menyembahnya namun ia tidak pernah menampakkan diri, lebih lanjut lagi mereka terkadang tertari kepada islam namun saat Tuhan umat islam tidak bisa dilihat maka ketertarikan mereka terhadap islam pun sirna.
Pertanyaan ini juga terkadang muncul dari para Nabi mulia, seperti nabi Musa Alaihissalam, didalam salah satu ayat Al-Qur'an menceritakan bahwa dahulu beliau juga pernah meminta kepada Allah untuk menampakkan wajah-Nya, beliau meminta ini agar kemantapan iman beliau semakin tinggi dan mantap. Walaupun memang pada akhirnya Allah tidak memberi izin untuk menampakkan diri kepada Musa namun Musa pun tetap meneguhkan permintaannya agar Allah mau mengabulkan doanya. Dan saat itupun Allah mengenakan cahayanya saja ke bumi lalu bumi berguncang dengan dasyat dan Musa pun pingsan, karena bumi tidak bisa menerima cahaya yang maha besar dan kuasa dari Allah SWT, saat itulah Nabi Musa meminta maaf kepada Allah SWT.
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al-A'raf : 143)
Sekarang, bagi kita seorang muslim tentunya apa yang terjadi pada Nabi Musa adalah sebuah gambaran jawaban yang sesungguhnya memang untuk melihat Allah dimuka bumi ini atau Allah menampakkan diri-Nya untuk kita adalah sangat mustahil dan tidak mungkin terjadi kecuali jika Allah yang menghendaki-Nya. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa kita tidak bisa melihat Allah atau mengapakah Allah tidak menampakkan dirinya untuk kita ?
Mengapa di bumi kita tidak bisa melihat Allah SWT ?
Jawabannya adalah pada akal kita yang menjadi penghalang untuk melihatnya. Didalam Tauhid, seperti yang telah tercantum dalam kitab Kifayatul Mubtadiin, Ada dua cara kita dapat melihat Allah, Pertama secara hati dan iman (Zihin), kuasa melihat ini hanya terjadi pada saat kita dibumi, kedua pada saat kita diakhirat nanti (Kharij) dengan panca indra yang sesungguhnya. Nah sekarang bagaimanakah kita bisa melihat Allah secara Kharij dimuka bumi ini, dapatkah kita melihat-Nya ? jawabannya adalah tidak. Karena pada dasarnya saat kita meminta untuk melihat Allah dengan Kharij maka secara tidak langsung kita telah memaksa Allah untuk masuk kedunia panca indra kita, padahal dzat Allah tidaklah tersusun dengan panca indra.
Saat kita meminta kepada Allah atau mungkin Allah menampakkan dirinya kepada kita maka Allah dan kita sudah pasti akan berhubungan dengan apa yang disebut dengan panca indra atau akal. Maka pantaskah Allah menunjukkan diri-Nya dengan merubah wujudnya menjadi unsur panca indra kita ? sudah pasti sangatlah mustahil dan tidak akan terjadi. Bagi Allah sendiri sangatlah mudah untuk bisa menampakkan dirinya kepada kita, karena tidak ada yang mustahil bagi Allah, akan tetapi Allah jualah maha Mengetahui segala sesuatu. Bisa jadi, jikalah Allah memang menunjukkan dirinya untuk kita atau kita dapat melihat Allah maka Wujud Allah akan tampak, dan ketika wujudnya telah tampak maka yang namanya manusia yang dianugrahkan akal dan bergerak dengan akal pastilah Allah akan dijadikan bahan penelitian akal dan alhasil Allah akan diubah dan digambarkan sama dalam gambar atau patung.
Selain itu, kenapa Allah tidak menampakkan dirinya kepada kita adalah karena Dzat Allah tidaklah sama dengan makhluknya. Inilah makna dari Sifat Allah yaitu Mukhalafatul Lil Hawadisi : "Allah tidaklah sama dari makluknya". Untuk itu jika Allah telah masuk ke alam panca indra, atau Ia berada didalam ranah materi dan waktu maka sudah barang pasti dzat wujudnya tidaklah suci, artinya unsur Dzat-Nya mudah terkena hukum materi dan waktu, Allah adalah kekal sedangkan materi dan waktu tidaklah kekal, maka pantaskan kita melihat Allah secara Kharij ?
Lalu bagaimanakah jika ada orang yang bertanya, dimanakah keberadaan Allah itu ?
Untuk pertanyaan ini silahkan buka artikel kami yang berjudul : "Bagaimanakah Cara Menjawab Allah ada Dimana ?
Sumber :
Tgk. Habibie M. Waly S.TH
Thanks for reading & sharing PENGAJIAN TAUHID
Assalamu'alaikum warohmatullah wabarokahtu
ReplyDeleteMoon maaf, saya sering terganggu dengan penulisan tafsir seperti ini:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan.
Bukankah KAMI adalah bentuk jamak yang menerangkan Saya/aku bersama pihak lain diluar orang ketiga tunggal (dia) atau pihak ketiga jamak (mereka)? Sedang ketika Allah berfirman, itu adalah firman tunggal (bukan Allah bersama pihak lain selain Dia)?
Mohon pencerahannya?
Didalam ilmu bahasa arab itu ada yang namanya ilmu balagoh, didalamnya terdapat bab yang namanya iltifat, ketika ada dhomir yang menunjukan jamak dan disematkan pada alloh maka tujuannya "litta'dzim" atau untuk mengagungkan...
Delete