Dalam islam bertanya atau menjawab pertanyaan terbagi menjadi
dua bahagian, ada tanya dan jawab yang dianjurkan dan ada juga tanya jawab yang
tidak dianjurkan oleh pandangan islam. Adapun bentuk tanya jawab yang sangat dianjurkan dalam islam
adalah seperti hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan agama, yang tentunya
jawaban yang didapatkan dari bentuk tanya tersebut bermanfaat bagi amaliah dan
untuk diri seorang penanya. Terkadang juga, sang penjawab juga dianjurkan
bahkan wajib menjawab bagi pertanyaan yang isinya berkaiatan permasalah masalah
amaliah dan diri. Contoh dari pembahagian pertama ini adalah seperti bertanya
mengenai shalat, zakat, puasa dan segala hal yang berkaitan dengannya baik
syarat dan rukun-rukunnya.
Kemudian pembahagian yang kedua, adalah bentuk tanya jawab
yang tidak dianjurkan dalam islam, yaitu tanya jawab yang berkaitan dengan
hal-hal ghaib yang tidak dapat dicapai pada kesanggupan akal manusia. Seperti
contoh menanyakan dzat Allah SWT ada dimana, bentuknya apa, bagaimanakah
besarnya dan sebagainya. Termasuk dalam hal ini adalah seperti menanyakan
bentuk takdir kita, ataupun juga seperti menanyakan maksud asli dari fawatirus
surah, yaitu ayat ayat seperti “alif laam mim”, “alif lam ra”, dan “Kaaf Ya
‘Ain Shaad”, dan lain sebagainya.
Dan sekarang, bagaimanakah cara menjawab bentuk-bentuk
pertanyaan pada pembahagian kedua diatas, yaitu tanya jawab yang tidak
dianjurkan kepada si penanya yang betul-betul membutuhkan jawaban pertanyaan ?
, seperti contoh yang ingin dibahaskan dalam tema ini adalah “APAKAH ALLAH BISA
MENJADIKAN SESUATU YANG ALLAH SENDIRI TIDAK BISA MENGANGKATNYA ?”
Pertanyaan aneh diatas merupakan bentuk tanya yang harus
diwaspadai. karena dalam hal ini kita sebagai penjawab sudah barang pasti
disuruh untuk memilih antara “bisa” atau “tidak”. Untunk itu berhati-hatilah
terhadap pertanyaan tersebut.
Sepertimana yang telah kita ketahui, bahwa sekarang ini yaitu
pada kondisi islam saat ini banyak sekali terdapat usaha pendakalan akidah
melalui berbagai macam methode dan cara yang dilakukan oleh para pembenci islam,
salah satunya adalah melalui “tanya jawab”. Akan tetapi benarkah bisa Allah
dapat menciptakan sesuatu yang besar dari dirinya yang Ia sendiri tidak bisa
mengangkatnya ?
Ada dua jawaban yang dapat dijawab disini, pertama,
tidak terpaku pada dua alternatif jawaban”, yaitu menjawab antara “ia” atau
“tidak”, ataupun antara “bisa” atau “tidak bisa”. Untuk itu dalam hal ini
adakalanya sang penjawab harus memahami kondisi-kondisi manipulasi semacam ini,
karena dari sebuah bentuk pertanyaan terkadang dapat menyudutkan sang penanya,
apalagi pertanyaan disini adalah berkaitan dengan Allah SWT. Perlu diketahui,
bahwa pertanyaan yang sedang kita hadapi disini adalah berasal dari salah satu
pertanyaan para atheis yang menyudutkan islam. Dan sekarang bagaimanakah
menjawab pertanyaa tersebut ?
Jawbannya tidak ada pada jawaban “bisa” atau “tidak”, mengapa
demikian ?
Coba perhatikan, jika anda menjawab “bisa”, maka secara tidak
langsung anda telah mengatakan bahwa Allah dapat berbuat demikian. Artinya
Allah dapat membuat sesuatu yang lebih besar dari-Nya dan sesuatu itu tidak
dapat diangkat oleh-Nya, jika sudah demikian maka anda telah melakukan dosa
besar. Karena sama artinya anda mengakui adanya sesuatu yang lebih besar dan
kuat dari Allah SWT yang sedangkan Allah adalah dzat yang maha kuasa dan kuat.
Hal ini sudah pasti sangat bertentangan dengan firman Allah :
“(dia) Pencipta
langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.”
(As-Syuura
: 11)
Kedua, jika anda menjawab “tidak”, maka secara langsung anda
mengakui bahwa Allah adalah lemah alias tidak bisa membuat sesuatu yang lebih
besar darinya. Hal ini tentu jualah bertentangan dengan firman Allah SWT :
Maha suci Allah yang di
tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Muluk :
1)
Lalu bagaimakah jawabannya ?,
adapun jawabannya adalah tersembunyi diantara dua alternatif bentuk tanya
diatas, artinya kita ambilkan tambahan jawaban lain, yaitu “mustahil keduanya”.
Mengapa mustahil, karena penisbahan tanya pada dua sisi negatif dan positif
pada dzat Allah tidak akan bisa terjadi, alias tidak akan pernah ada
jawabannya. Mengapa demikian ? karena Allah bukanlah makhluk, Ia adalah dzat
suci yang bebas dari sisi negatif ataupun positif. Dalam ilmu tauhid, keadaan
ini digolongkan pada sifat “Mukhalafatuhu lil hawadisi”, yaitu Allah berbeda
dari makhluknya.
Adapun jawaban kedua-nya
adalah menjelaskan makna sisi tauhid pada Dzat Allah dan dzat makhluk darinya.
Dalam kitab Jauharatut Tauhid, kedua dzat ini sangatlah berbeda. Dzat pada
Allah disebut dengan dzat hakiki, yaitu dzat yang tidak ada dzat selainnya dan
juga yang serupa darinya. Kedua disebut dengan dzat idhafi, yaitu dzat sandaran
padanya, yaitu segala makhluk yang berasal dari-Nya. Artinya adalah, Dzat Allah
tidaklah layak di nisbahkan atau diarahkan segala situasi dan kondisi pada dua
sisi berbeda. Sepertimana yang telah dijelaskan diatas. Bahwa pertanyaa yang
sedang dibahaskan disini adalah merupakan arah nisbah larangan pada Allah :
“Bisakah Allah menjadikan sesuatu yang lebih besar darinya yang Allah sendiri
tidak bisa mengangkatnya”. Tentu bentuk tanya seperti ini tidaklah dibenarkan, pertama
: karena bentuk tanya berisikan arahan nisbah posiitif dan negatif, Kedua : mengarahkan
hal-hal yang tidak layak pada Allah, yaitu pada kalimat “yang Allah sendiri
tidak bisa mengangkatnya.
Inilah jawaban singkat mengenai
pertanyaan diatas. Semoga bermanfaat
Thanks for reading & sharing PENGAJIAN TAUHID
0 komentar:
Post a Comment